Sunday, January 27, 2013


MENGENAI BAHASA ROTE (3): kesamaan dan perbedaan antar-dialek

Bahasa Rote memiliki 18 variasi. Perbedaan yang lebih menonjol adalah intenonasi, tekanan, dan beberapa perubahan bunyi pada kata-kata. Banyak kata yang tidak mengalami perubahan apa-apa, sehingga kata-kata itu memiliki bentuk dan makna yang sama di semua nusak. Misalnya kata-kata: afu=‘abu’, oe=‘air’, busa=‘anjing', ama='ayah', malole='baik', safe='cuci', dano='danau', ha='empat', sao='kawin', lalai='langit', tasi='laut', lima='lima', mate='mati', muta='muntah', esa='satu', au='saya', tali='tali', telu='tiga', fu='tiup.

Sementara itu ada kata-kata tertentu yang secara bentuk sama namun mengalami perubahan ucapan. Misalnya: 

kata yang berarti BINTANG = ru' (Oepao, Rikou, dan Landu), ---> lu atau lu' (Diu, Beluba, Lelenuk, Bokai), ---> nduk (Korbafo, Pa'da, Keka, Talae, Lole, Ba'a, Lelain, Tii), ---> ndu atau ndu' (Dengga, Dela, Oenale). Di sini terlihat perubahan pengucapan di awal kata, yakni [r] --> [l] --> [nd] dan juga di akhir kata, yakni dengan tekanan ['] --> [k]. 

Untuk kata yang berati BARU = beuk (Beluba, Korbafo, Lelenuk, Talae, Keka, Pa'da, Lole, Ba'a, Tii) ---> beu atau beu' (Bokai, Landu, Oepao, Rikou, Diu) ---> feuk (Dengga, Lelain) ---> feu' (Dela, Oenale). Perubahan pengucapan dari [b] --> [f] di awal kata, dan dari [k] --> [']

Kata yang berarti BERJALAN = lao' (Rikou, Dela, Oenale) ---> la'o (Oepao, Landu, Korbafo, Talae, Pa'da, Lole, Ba'a, Tii, Lelain, Dengga) ---> lako (Beluba, Diu, Lelenuk, Bokai). Perubahan pengucapan dari [k] --> tekanan ['] --> tidak ada tekanan [ ]. 

Kata yang berarti KEPALA = laka (Landu, Oepao, Rikou) ---> langa (Pa'da, Keka, Talae, Bokai, Korbafo, Lelenuk, Diu, Beluba) ---> langgak (Ba'a, Lole, Tii, Dengga, Lelain) ---> langga' (Dela, Oenale). Perubahan pengucapan dari [k] --> [ng] --> [ngg] di tengah kata, sementara di akhir kata perubahan dari yang tidak ada tekanan [ ] --> tekanan ['] --> [k].

Kata yang berarti MERAH = pilas (Rikou, Oepao, Landu, Pa'da, Keka, Talae) ---> pilak (Bokai, Korbafo, Lelenuk, Beluba) ---> mbilas (Ba'a, Lole, Tii, Dengga, Lelain, Dela, Oenale). Di sini perubahan pengucapan dari [p] --> [mb] di awal kata, dan dari [k] --> [s].

Ada kata-kata tertentu yang tidak sekadar terjadi perubahan pengucapan, tapi juga terjadi perubahan bentuk kata. Misalnya:

Kata yang berarti BASAH = naoe atau maoe' (Rikou, landu, Oepao) ---> makahoek atau makadoek (Pa'da, Keka, Talae, Ba'a, Lelain, Lole, Bokai, Korbafo, Diu, Lelenuk) ---> ma'adoe(k) (Dengga, Dela, Oenale) ---> makoek (Tii, Beluba). Di sini terjadi perubahan pengucapan dan juga penambahan suku kata tertentu di tengah kata. 

Kata yang berarti JANTUNG = mbolaka (Rikou, Landu) ---> bolaka (Oepao) ---> bolanga(k) (Beluba, Diu, Lelenuk, Bokai) ---> ba langak (Korbafo) ---> boa de'ek (Pa'da, Ba'a, Lole, Tii) ---> baak (Keka, Talae) ---> tenda boa (Dengga, Lelain, Dela, Oenale). Di sini tidak hanya terjadi perubahan pengucapan tapi juga perubahan bentuk kata.

Untuk kata ganti orang (pronomina), hanya terjadi perubahan pengucapan. Misalnya:
SAYA = au (semua)
KAMU = ko --> 'O --> ho
DIA = ria --> lia --> ndia
KITA = ita --> hita
KAMI= ami --> ai --> hai
KALIAN = kemi --> emi --> 'ei --> hei
MEREKA = sira --> sila

Masih banyak contoh lain yang menunjukkan fenomena seperti ini. Jika diperhatikan secara seksama, maka jelas bahwa perubahan dari satu variasi ke variasi lainnya tidak hanya pada pengucapan tapi juga suku kata dan bentuk kata. 

Untuk susunan kalimat, pada dasarnya sama, yaitu semua variasi menempatkan subyek lebih dahulu diikuti oleh predikat (kata kerja atau verba) lalu kemudian obyek. Namun, pada bagian kalimat tertentu sering terdapat partikel yang berfungsi untuk memperindah rasa bahasa. Penjelasan ringkas mengenai hal-hal ini akan dikemukakan kemudian.

(bersambung)















































No comments:

Post a Comment