MENGENAI BAHASA ROTE (1)
Dalam catatan saya, Bhs Rote mulai ditulis
pada Tahun 1889 oleh seorang guru Melayu bernama D. P. Manafe. Walaupun
artikelnya tidak terlalu panjang, hanya 13 halaman, namun dengan jelas
menuliskan perbedaan ucapan dalam Bhs Rote. Manafe bilang bahwa Rote
dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian matahari naik yang disebut Lamak
Anan dan bagian matahari turun yang disebut Hendak Anan. Di bagian
matahari naik terdapat sebelas kerajaan,
yakni Termanu, Korbafo, Landu, Ringgou, Oepao, Bilba, Diu, Lelenuk,
Bokai, Talae, dan Keka. Sedangkan di bagian matahari turun terdapat
tujuh kerajaan, yakni Ba'a, Lelain, Dengka, Oenale, Dela, Tii, dan Lole.
ke-18 kerajaan ini memang memiliki variasi masing-masing dalam
berbahasa namun bisa saling mengerti. Karena itu, Manafe membaginya
menjadi 9 kelompok variasi (istilah yg dipakai oleh Manafe adl "lagu" yg
merujuk pada intonasi dan tekanan ucapan). 9 kelompok (dialek) adl (1)
Oepao, Ringgou, dan Landu, (2) Bilba, Diu dan Lelenuk, (3) Korbafo, (4)
Termanu, Keka, dan Talae, (5) Bokai, (6) Ba'a dan Lole, (7) Dengka dan
Lelain, (8) Tii, (9) Oenale dan Dela. Manafe juga bilang bahwa walaupun
berbeda dalam pengucapan, tapi semua orang Rote bisa saling mengerti
dalam percakapan.
Tulisan yg cukup komprehensif dan fenomenal
tentang bahasa Rote dihasilkan oleh seorang utusan dari Belanda bernama
Jongker mulai tahun 1908, 1911, dan 1915. Dia menulis sebuah kumpulan
cerita dalam bahasa Rote berbagai dialek beserta terjemahannya dalam
bahasa Belanda (700an hal), dan kamus bahasa Rote yg sangat baik (800an
hal), dan tatabahasa Rote (700an hal). Banyak ahli bahasa sangat kagum
dengan karya Jongker. Apalagi jaman itu, komputer masih sangat sederhana
dan langka.
Banyak hal tentang bahasa dan budaya Rote juga
ditulis oleh James Fox dalam berbagai artikel maupun buku. Walaupun Fox
bukan pakar bahasa (linguist), melainkan pakar budaya (antropolog),
namun dalam risetnya, dia menggunakan bahasa sebagai objek penelitian,
khususnya bahasa sastra/ritual. Namun Fox tidak melakukan riset bahasa
Rote secara mendalam. Nama Fox sangat populer di masyarakat Rote karena
karya-karyanya. Selain itu, Fox pernah membimbing berbagai mahasiswa
Indonesia, termasuk dari NTT dan terkhusus dari Rote, yg studi doktor
Antropologi di Australia, terutama di Australian National University.
Dengan menggunakan data bahasa sastra/ritual Rote, Fox mampu untuk
"mengobrak-abrik" teori "Parallelism" yang dicetuskan sekitar tahun 1788 dan dikembangkan
oleh pakar dunia, Roman Jacobson. Hingga saat ini, para antropolog
dunia selalu belajar teori parallelism dari contoh2 bahasa Rote.
Masih sangat banyak keunikan bahasa dan budaya Rote yg belum tersentuh......
(bersambung)
No comments:
Post a Comment