Sunday, January 20, 2013

MENGENAI BAHASA ROTE (1)

 MENGENAI BAHASA ROTE (1)

Dalam catatan saya, Bhs Rote mulai ditulis pada Tahun 1889 oleh seorang guru Melayu bernama D. P. Manafe. Walaupun artikelnya tidak terlalu panjang, hanya 13 halaman, namun dengan jelas menuliskan perbedaan ucapan dalam Bhs Rote. Manafe bilang bahwa Rote dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian matahari naik yang disebut Lamak Anan dan bagian matahari turun yang disebut Hendak Anan. Di bagian matahari naik terdapat sebelas kerajaan, yakni Termanu, Korbafo, Landu, Ringgou, Oepao, Bilba, Diu, Lelenuk, Bokai, Talae, dan Keka. Sedangkan di bagian matahari turun terdapat tujuh kerajaan, yakni Ba'a, Lelain, Dengka, Oenale, Dela, Tii, dan Lole. ke-18 kerajaan ini memang memiliki variasi masing-masing dalam berbahasa namun bisa saling mengerti. Karena itu, Manafe membaginya menjadi 9 kelompok variasi (istilah yg dipakai oleh Manafe adl "lagu" yg merujuk pada intonasi dan tekanan ucapan). 9 kelompok (dialek) adl (1) Oepao, Ringgou, dan Landu, (2) Bilba, Diu dan Lelenuk, (3) Korbafo, (4) Termanu, Keka, dan Talae, (5) Bokai, (6) Ba'a dan Lole, (7) Dengka dan Lelain, (8) Tii, (9) Oenale dan Dela. Manafe juga bilang bahwa walaupun berbeda dalam pengucapan, tapi semua orang Rote bisa saling mengerti dalam percakapan.

Tulisan yg cukup komprehensif dan fenomenal tentang bahasa Rote dihasilkan oleh seorang utusan dari Belanda bernama Jongker mulai tahun 1908, 1911, dan 1915. Dia menulis sebuah kumpulan cerita dalam bahasa Rote berbagai dialek beserta terjemahannya dalam bahasa Belanda (700an hal), dan kamus bahasa Rote yg sangat baik (800an hal), dan tatabahasa Rote (700an hal). Banyak ahli bahasa sangat kagum dengan karya Jongker. Apalagi jaman itu, komputer masih sangat sederhana dan langka.

Banyak hal tentang bahasa dan budaya Rote juga ditulis oleh James Fox dalam berbagai artikel maupun buku. Walaupun Fox bukan pakar bahasa (linguist), melainkan pakar budaya (antropolog), namun dalam risetnya, dia menggunakan bahasa sebagai objek penelitian, khususnya bahasa sastra/ritual. Namun Fox tidak melakukan riset bahasa Rote secara mendalam. Nama Fox sangat populer di masyarakat Rote karena karya-karyanya. Selain itu, Fox pernah membimbing berbagai mahasiswa Indonesia, termasuk dari NTT dan terkhusus dari Rote, yg studi doktor Antropologi di Australia, terutama di Australian National University. Dengan menggunakan data bahasa sastra/ritual Rote, Fox mampu untuk "mengobrak-abrik" teori "Parallelism" yang dicetuskan sekitar tahun 1788 dan dikembangkan oleh pakar dunia, Roman Jacobson. Hingga saat ini, para antropolog dunia selalu belajar teori parallelism dari contoh2 bahasa Rote.

Masih sangat banyak keunikan bahasa dan budaya Rote yg belum tersentuh......

(bersambung)

No comments:

Post a Comment