MENGENAI BAHASA NDAO (1)
Ucapan kata
"Ndao" yang dikenal luas di masyarakat sebenarnya mengikuti pelafalan
bahasa Rote, karena dalam bahasa Ndao, tidak ada bunyi klaster /nd/,
sehingga harus diucap "Dhao". Nama itu sendiri dipercaya berasal dari
nama pohon tarum yang daunnya biasa digunakan untuk menghasilkan warna
biru tua atau hitam untuk pewarna tenunan pada jaman dulu. Dalam cerita
rakyat Ndao, pohon tarum itu dibawa dari
Sabu, yg dalam salah satu dialek di Sabu diucap "dhau". Memang benar
bahwa dulu di Ndao banyak terdapat pohon tarum. Orang Ndao mengakui
bahwa di beberapa tempat terdapat bekas kebun tarum.
Bahasa
Ndao sangat mirip dengan bahasa Sabu. Tidak heran, pada tahun 1970an,
para ahli mengatakan bahwa Ndao adl salah satu dialek dari bahasa Sabu.
Namun, pada tahun 1982, Alan Walker menulis sebuah artikel tentang
Tatabahasa Sabu (Sawu) yg di dalamnya dia membandingkan bahasa Sabu dan
Ndao. Walker menyimpulkan bahwa Ndao bukanlah dialek dari Sabu,
melainkan bahasa yg berbeda. Kesimpulan yg sama juga diungkapkan oleh
Charles Grimes pada tahun 2006.
Masyarakat mengakui bahwa
bahasa Ndao lebih mirip bahasa Sabu, dan sangat berbeda dengan bahasa
Rote. Bahasa Ndao dikelompokkan ke dalam subrumpun yg sama dg
Sawu-Sumba-Bima. Sedangkan, Rote masuk kelompok Dawan (Uab Meto)-Tetun
dst. Akan tetapi, dengan kedekatan geografis dan juga wilayah
pemerintahan, Ndao dan Rote selalu ada kontak sosial, budaya dan bahasa.
Studi terbaru tahun 2012 menunjukkan bahwa lebih dari 10% kata2 Ndao
sama dengan Rote dan banyak yg mirip. Selain itu, yang lebih fenomenal
adalah tatabahasa Ndao berbeda dengan Sabu, dan malah lebih mirip dengan
Rote. Sehingga sebenarnya tidak sulit bagi orang Rote untuk belajar
bahasa Ndao. Secara teoretis, bahasa Ndao berada di antara bahasa Rote
dan Sabu. Hingga hari ini, belum ada satu pun ahli yang tahu mengapa
demikian, kecuali ada klaim bahwa terjadi kontak bahasa....(contoh2 kata
dan kalimat akan diposting kemudian)....
(bersambung)
No comments:
Post a Comment