Sunday, January 20, 2013

MENGENAI BAHASA ROTE (2): variasi bahasa (dialek)

MENGENAI BAHASA ROTE (2): variasi bahasa (dialek)

Bahasa Rote memiliki 9 kelompok dialek seperti yang diungkapkan oleh D. P Manafe pada tahun 1889, kemudian diikuti oleh Jonker pada 1900an dan Fox pada 1970an. Memang kalau dilihat dari sistem pemerintahan pada waktu itu maka benar bahwa Rote memiliki 18 kerajaan. Setiap kerajaan punya bahasa masing-masing yang dalam bahasa Rote artinya "dede'ak". Variasi bahasa menjadi 9 kelompok sebenarnya tidak didasarkan pada pertimbangan linguistik (ilmu bahasa) semata, tapi pertimbangan wilayah geografis, politik dan budaya waktu itu. Dari sisi linguistik, jelas bahwa ada perbedaan antara satu variasi dengan variasi lainnya, namun masih saling mengerti. Dari sisi geografis, bahwa waktu dulu masyarakat hidup berkelompok sehingga antara satu wilayah dan wilayah lainnya terpisah. Batas antar wilayah pun jelas, seperti padang atau hutan. Secara politik, waktu itu setiap kerajaan mengidentifikasi dirinya berbeda walaupun semua mengakui bahwa sama-sama satu kesatuan Rote. Tapi ternyata pertimbangan ini tidak cukup dan harus disandingkan dengan pertimbangan budaya. Salah satu hal yang penting bagi orang Rote yakni mereka percaya bahwa segala sesuatu dinyatakan sempurna apabila mencapai jumlah (angka) 9. Hal ini terlihat dalam berbagai prinsip budaya. Misalnya, kita kenal ada "manesio", sembilan benih pokok Rote atau yang disebut "mbule sio", jumlah gong ada 9, jumlah dawai sasandu gong dulu juga bisa 9 (banyak yang bilang 11), dan lain-lain. Karena itu, Fox berpendapat bahwa kelompok variasi bahasa Rote jadi 9 adalah benar agar dikatakan sempurna menurut budaya Rote.

Pada tahun 1996, A. M. Fanggidae, dkk menulis tentang bahasa Rote dan membaginya menjadi empat variasi (dialek) saja, yakni (1) Rote Timur, (2) Rote Tengah, (3) Rote Barat Laut, (4) Rote Barat Daya. Namun, dasar pertimbangan pengelompokkan ini tidak diungkapkan secara jelas, apakah berdasarkan kecamatan atau pembagian wilayah tertentu. Setahun kemudian, yakni 1997, Grimes dkk menulis sebuah buku yang memuat tentang bahasa-bahasa di NTT dan mengatakan bahwa bahasa Rote terdiri dari 7 kelompok dialek, yakni (1) Rote Barat, (2) Rote Timur, (3) Bilba-Diu-Lelenuk, (4) Rote Tengah, (5) Ba’a-Loleh, (6) Dengka-Lelain, dan (7) Tii. Lagi-lagi, pertimbangan pengelompokkan ini pun tidak dijelaskan. Selain itu, pada 2008, Pusat Bahasa Jakarta melakukan pengelompokkan bahasa-bahasa di seluruh Indonesia dan membagi Rote ke dalam 6 dialek, yakni (1) Ringgou, (2) Korbafo, (3) Pada, (4) Baa, (5) Dengka-Oenale, (6) Thie. Yang terakhir yakni tahun 2012, UPT Bahasa NTT melakukan pemetaan dan membaginya menjadi 5 kelompok, yakni  (1) Dela, Oenale, Dengga, dan Lelain, (2) Tii, Baa, Lole, (3) Pa’da, Keka, Talae, (4) Korbafo, Bokai, Lelenuk, Diu, Beluba, dan (5) Landu, Oepao, Rikou. Pengelompokkan terakhir didasarkan pada prosentasi kesamaan/kemiripan kosakata dan saling mengerti. Hal ini bisa terjadi karena sekarang hubungan komunikasi antar wilayah sudah berkembang dan batas wilayah pun tidak terpisah jauh seperti dulu. Misalnya, batas antara Termanu dan Korbafo, antara Keka dan Talae, antara Keka dan Loleh, Loleh dan Tii, dst. Prosentasi kesalingmengertian cukup tinggi.

Apapun dasar pengelompokkannya, yang jelas bahwa 18 variasi bahasa tidak bisa dipungkiri. Kemiripan bahasa akan meningkat seiring kontak bahasa yang semakin intens. Banyak orang justru mengusulkan agar Rote dibagi menjadi beberapa bahasa, daripada terlalu banyak variasi. Hal ini tentu membutuhkan kajian yang lebih mendalam, baik secara linguistik, budaya, maupun politik. Mayoritas bahasa di dunia lebih banyak ditentukan atas dasar pertimbangan politik, bukan linguistik. 

Lalu bahasa Rote itu yang mana? Para peneliti terdahulu mengatakan bahwa dialek yang bisa dijadikan standar dalam bahasa Rote adalah dialek Termanu karena memiliki wilayah pemakaian terluas di Rote. Akan tetapi, hal ini masih menimbulkan perdebatan, terutama jika menulis buku muatan lokal. Karena itu, UPT Bahasa NTT membuat pemetaan dalam rangka membagi Rote menjadi beberapa bagian sehingga memudahkan dalam penulisan mulok, alias beberapa daerah bisa menggunakan satu mulok. Pembagian dialek ke dalam  5 kelompok sangat mungkin berkaitan dengan penulisan mulok. Hal yang paling penting adalah setiap daerah mempertahankan keunikannya sendiri....

Kesamaan, Kemiripan, bahkan perbedaan masing dialek akan secara ringkas dijelaskan pada postingan berikutnya.....

(bersambung)



 

No comments:

Post a Comment