Berbagai hasil kajian terdahulu tidak secara khusus
membuat klasifikasi bahasa berdasarkan wilayah pemerintahan. Akan tetapi, hasil penelitian tersebut telah memberi gambaran bahwa di wilayah Kabupaten Rote-Ndao terdapat
dua bahasa, yakni bahasa Rote dan bahasa Ndao. Pandangan mengenai
variasi bahasa Rote di Kabupaten Rote-Ndao sangat beragam. Bahasa Rote, yang
wilayah pemakaiannya meliputi pulau Rote dan Timor dengan jumlah penutur
berkisar 200.000 orang, memiliki beberapa variasi yang sejak abad ke-18 dibagi
berdasarkan wilayah geografis di pulau itu. Hal ini sangat beralasan karena
wilayah Rote dengan topografi yang berbukit-bukit memungkinkan masyarakatnya
hidup berkelompok secara terpisah-pisah. Namun lebih dari itu, para pakar
bahasa dan budaya membuat pengelompokkan variasi bahasa di Rote berdasarkan
bunyi bahasa yang digunakan oleh penutur. Fox (1986) menyebutkan bahwa bahasa
Rote memiliki sembilan dialek dengan 18 subdialek, sedangkan Grimes (1997) menyatakan
bahwa bahasa Rote memiliki tujuh dialek, dan Pusat Bahasa (2008) melaporkan
hanya ada enam dialek. Tentu, pengelompokkan yang berbeda tersebut dilakukan
berdasarkan kajian teoretis yang berbeda pula. Grimes (1997) mengatakan bahwa kompleksitas
internal pada bunyi bahasa Rote menjadi sebuah tantangan tersendiri. Namun,
secara geografis memang tidak dapat disangkali bahwa terdapat 18 wilayah
pemakaian bahasa Rote berdasarkan wilayah ex-nusak.
Berbeda dengan Rote, Ndao yang hanya merupakan sebuah pulau
kecil di bagian barat Rote menggunakan satu bahasa saja, yakni bahasa Dhao.
Bahasa Dhao dengan jumlah penutur kurang lebih 3000 orang yang wilayah
pemakaiannya meliputi pulau Ndao dan sebuah wilayah kecil di daerah pantai
barat Ba’a, Kecamatan Lobalain, bernama Namo Ndao. Para peneliti terdahulu
(Walker, 1982; Grimes, 2006) mengakui bahwa bahasa Dhao tidak memliki variasi
bahasa (dialek). Walaupun demikian, bahasa tersebut memiliki beberapa ciri
linguistik yang dianggap unik, di antaranya ciri fonologi yang memiliki empat
fonem konsonan implosif, yakni /b’/, /d’/, /g’/, dan /j’/. Ciri fonologis
tersebut tidak ditemukan dalam bahasa Rote. Secara genetis, memang, bahasa Dhao
dan bahasa Rote berbeda. Bahasa Dhao merupakan rumpun Bima-Sumba yang memiliki
kemiripan bunyi bahasa dengan bahasa Sawu dan bahasa-bahasa di Sumba. Sementara
itu, bahasa Rote merupakan rumpun Ambon-Timor yang mirip dengan bahasa Uab Meto dan
Tetun. Akan tetapi, secara tipologi grammatikal, bahasa Dhao berbeda dengan
bahasa Sawu dan lebih mirip dengan bahasa Rote. Hal tersebut sangat beralasan
mengingat kedekatan secara geografis dan hubungan ekonomi-politik antara Rote
dan Ndao yang telah berlangsung sejak jaman Belanda. Perkembangan komunikasi
yang semakin modern tidak menutup kemungkinan adanya interferensi antara bahasa
Rote dan bahasa Dhao. Hal ini terlihat dari berbagai kosakata dalam bahasa Dhao
yang mirip atau sama dengan bahasa Rote. Selain itu, ada kemungkinan terjadinya
pengaruh bunyi bahasa Dhao pada bahasa Rote yang dituturkan di bagian barat,
seperti Dela-Oenale oleh karena intensnya interaksi sosial kedua daerah
tersebut. (bersambung...)
No comments:
Post a Comment