Sunday, February 3, 2013

MENGENAI BAHASA NDAO (3): Sekilas perbandingan dengan Sabu

MENGENAI BAHASA NDAO (3): Sekilas perbandingan bentuk dengan Sabu

Telah dijelaskan secara singkat pada edisi sebelumnya bahwa bahasa Ndao mirip dengan bahasa Sabu dan kedua bahasa ini secara genetis dikelompokkan ke dalam satu rumpun. Akan tetapi, apabila dicermati dengan baik, maka terlihat bahwa kemiripan tersebut hanya terletak pada cara pengucapan dan bentuk kata. Sedangkan struktur kalimat dua bahasa ini berbeda. Kemiripan bentuk kata dan pengucapan inilah yang membuat beberapa ahli terdahulu (hingga tahun 1970-an) menyatakan bahwa bahasa Ndao merupakan salah satu dialek (variasi) dari bahasa Sabu. Namun setelah membandingkan berbagai elemen bahasa, para ahli bahasa sejak tahun 1980-an menyimpulkan bahwa kedua bahasa tersebut memang benar-benar berbeda.

Perbandingan bahasa Ndao dan Sabu pertama kali ditulis oleh Jonker pada tahun 1903 dalam sebuah makalah kecil berbahasa Belanda yang berjudul "Iets over de taal van Dao" (Sekilas tentang Ndao). Dalam tulisan tersebut, Jonker menyatakan bahwa bahasa Ndao merupakan salah satu dialek dari bahasa Sabu. Selain itu, James Fox dalam bukunya "Panen Lontar" yang terbit tahun 1977 juga menyebutkan bahwa bahasa Ndao merupakan dialek dari Bahasa Sabu. Ahli bahasa yang pertama kali menyatakan bahasa Ndao adalah bahasa yang berbeda adalah Alan Walker dalam buku yang berjudul "A Grammar of Sawu" (Tatabahasa Sabu) yang terbit pada tahun 1982. Walker menyimpulkan bahwa walaupun ada kemiripan ucapan dan bentuk kata, namun struktur kalimat sangat berbeda. Kesimpulan Walker tersebut kemudian didukung oleh tulisan Charles Grimes dalam makalahnya yang berjudul "Hawu dan Dhao in Eastern Indonesia: revisiting their relationship" (Bahasa Sabu dan Ndao di Indonesia Timur: meninjau kembali hubungan kedua bahasa ini) yang terbit pada 2010 (sebelumnya adalah makalah seminar internasional tahun 2006). Grimes mengatakan bahwa walaupun terdapat kemiripan bunyi dan bentuk kata, namun tidak menjamin saling mengerti. Karena kesaling-mengertian dipengaruhi oleh struktur kalimat. Selain itu, ada banyak bentuk kata dan pengucapan yang mirip namun memiliki makna yang berbeda.


Dengan mengikuti hasil riset terakhir oleh Grimes di atas, bahasa Ndao dikatakan memiliki 24 konsonan (huruf mati), sementara Sabu hanya memiliki 20 konsonan. Untuk vokal (huruf hidup), kedua bahasa ini sama-sama memiliki 6 vokal. Artinya, Ndao memiliki 4 konsonan lebih banyak dari Sabu. Keempat konsonan itu adalah /bh, dh, s, c/. Sebaliknya, Sabu memiliki huruf /w, v/, tapi Ndao tidak. Selain dua konsonan itu, Ndao tidak memiliki huruf, seperti /f, y/, sehingga jika ada kata yang menggunakan huruf-huruf ini maka dengan mudah kita tahu bahwa kata-kata itu merupakan pinjaman dari bahasa lain, seperti bahasa Indonesia, Kupang, atau Rote.

Beberapa contoh kosakata yang sama:
aj'a = ajar                       
aj'u = kayu/pohon         
ama = ayah
amo = akar
are = padi
aru = delapan
d'ara = di dalam

Beberapa contoh kosakata yang berbeda:
siang = me`u (Ndao) --- nilod'o (Sabu)
menikah/berumah-tangga = paleo, kab'i (Ndao) --- banga e`mu (Sabu)
dia = re`ngu (Ndao) --- roo (Sabu)
siapa = cee (Ndao) --- naduu (Sabu)
semua = aa'i-aa'i (Ndao) --- hari-e`le (Sabu)
tetapi = te ngaa (Ndao) --- tapulara (Sabu)

Kata ganti orang:
Basaha Indonesia    Ndao                              Sabu
Saya                       ja'a      (ku --> k-)          yaa /j'aa / joo
Kamu                     e`u       (mu --> m-)        e`u /au / ou
Dia                         ne`ngu  (na/ne --> n-)      noo
Kita                        e`dhi    (ti --> t-)             dii
Kami                      ji'i        (nga --> ng-)        j'ii
Kalian                    miu      (mi --> m-)           muu
Mereka                  re`ngu  (ra --> r-)             raa / naa

Kelihatan bahwa kata ganti orang (pronomina) memiliki kemiripan. Namun, yang menjadikan Ndao berbeda adalah bentuk kata ganti orang yang memiliki variasi, yakni bentuk pendek dan dalam bentuk imbuhan (yang di dalam kurung). Variasi semacam ini tidak dimiliki oleh bahasa Sabu. Justru, bentuk pendek dan berimbuhan tersebut mirip dengan bahasa Rote (akan dibahas dalam postingan yang lain).

Berbagai bukti dari bentuk dan pengucapan inilah yang membuat para ahli bahasa meragukan kesaling-mengertian antara Ndao dan Sabu. Orang Ndao dan Sabu akan sulit saling memahami jika hanya mengandalkan kemampuan mendengar, karena banyak kata dengan bentuk dan cara ucap yang mirip namun memiliki makna yang berbeda. Atau, makna tertentu diungkapkan dengan bentuk kata yang berbeda-beda. Selain itu, berbagai sistem struktur internal bahasa yang membedakan kedua bahasa ini. Perbedaan struktur kalimat akan dibahas secara ringkas pada psotingan berikutnya.

(bersambung)

SODAMOLEK,

Admin